Jumat, 08 April 2011

Mengapa Justin Bieber Lebih Ngetop dari Briptu Norman, Shinta dan Jojo ?

Mengapa Justin Bieber Lebih Ngetop dari Briptu Norman, Shinta dan Jojo ?
Oleh: Marjohan
Guru SMAN 3 Batusangkar
http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Arus komunikasi dan hiburan dalam tahun 2000-an ini sudah demikian pesat. Apalagi dengan hadirnya berbagai fitur dalam jaringan internet, sehingga infrastruktur (sarana) hiburan dan komunikasi yang bersifat konvensional jadi terpinggirkan. Gedung bioskop, kantor pos, kantor telepon dan telegraf sudah kehilangan pengunjung.

Keberadaan fitur jejaring sosial pada internet seperti friendster, my space, you tube, face book, skype dan twitter telah mendorong banyak orang muda untuk betah duduk di depan layar laptop, ebook dan desktop selama berjam-jam.

Face book telah menjadi fenomena dalam masyarakat. Ia diminati oleh banyak orang muda di dunia. Seperempat penduduk Amerika Serikat atau 125 juta orang telah bergabung menjadi pengguna facebook. Sementara di Indonesia ada 25 juta orang. Apa kira-kira visi dari penemu face book ini ?

Face book mulai dikenal tahun 2004. Fitur ini ditemukan oleh Mark Zuckerberg, seorang programmer computer dan pengusaha kelahiran White Plain, New York. Ia menemukan FB dalam usia 19 tahun. Tentu saja tujuan utamanya menemukan fitur ini sebagai sarana untuk menyalurkan energy kreatifya. Ia dibantu oleh Andrew McCollum, Dustin Moskovitz dan Crist Hughes. Mereka adalah temannya sejak dari Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Fitur Face book menjadi lebih menarik dibandingkan jejaring sosial lain. Karena dalam fitur ini para pengguna FB bisa saling berbagi cerita, berbagi foto, link, film/ clip dan juga bisa menciptakan event dan grup untuk saling berbagi simpati dan empati. Menjadi anggota FB begitu mudah. Bila seseorang sudah punya account, mungkin pada yahoo, gmail atau plasa, dan juga mempunyai pass word maka mereka sudah bisa mendaftar sebagai anggota FB. Ada yang menggunakan identitas yang asli atau identitas rekayasa.

Pernak-pernik FB yang paling berguna adalah “wall, info dan photo”. Umumnya pengguna FB paling gemar mengintip orang lain melalui ke tiga konten FB ini. Kalau merasa tertarik ya cukup klik ajakan pertemanan (add) dan konfirmasi.

Dalam dua tahun lalu, pernah ada perdebatan dalam media yang mengatakan bahwa facebook itu haram, karena ia memberikan mudharat. Akhirnya muncul pendapat pro dan kontra dan setelah itu jadi reda. Bagi penulis sendiri, FB cukup bermanfaat. Karena penulis bisa menyimpan seluruh foto-foto dan tidak perlu lagi menyimpan albun yang tebal dalam laci lemari. Penulis juga bisa bertemu dengan teman- teman lama yang sudah terpisah lebih dari 20 tahun yang lalu. Penulis juga bisa memposkan kumpulan tulisan pada note dan juga menyimpan alamat berbagai link situs berguna.
Selain Face Book, you tube, juga merupakan fitur internet yang cukup penting. Steven Shin Chen menemukan fitur ini juga dalam usia cukup muda, yaitu usia 27 tahun. Ia bekerja sama dengan Chad Hurley dan Janed Kareem dalam merampungkan fitur internet ini. You tube dirancang menjadi tube pribadi bagi pengguna fitur ini. Siapa saja bisa mengupload clip atau film dalam you tube untuk disebarkan buat masyarakat di dunia cyber.

Kalau difikir-fikir, Mark Zuckerberg, Steven Shin Chen dan penemu fitur yang lain pantas dianugerasi hadiah nobel. Karena penemuan mereka telah memberi arti khusus dalam membentuk kultur dunia- lintas bahasa, bangsa, agama dan ras manusia. Banyak manusia bisa saling berteman dan bila salah guna ya bisa saling bermusuhan.

Cukup banyak penelitian dilakukan atas keberadaan facebook. Ethan Zuckerman, peneliti dari Havard University, mengatakan bahwa FB lebih menyerupai “Bar di perkampungan”, dimana setiap orang bisa mengetahui nama dan identitas kita. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa Face Book bisa menjadi ruang untuk bertukar berita, gossip, penemuan atau untuk menyebarkan pandangan. FB bisa menjadi sarana untuk memperluas perspektif dengan mendengarkan keluh kesah orang lain. FB bisa digunakan untuk mencari informasi secara lokal maupun global.

Sekali lagi bahwa FB bisa digunakan untuk berkomunikasi lintas negara. Onnik Krikorian, wartawan Armenia, mengatakan bahwa sebahagian orang Armenia dan Azeri bisa berteman satu sama lain meskipun kedua negara mengalami konfliks perbatasan.

Tapi tunggu dulu, bahwa FB ternyata bisa sebagai sarana untuk iseng-iseng, perpecahan dan mengibuli orang lain. FB bisa menghalangi dialog. Sekumpulan kecil anak-anak muda di Indonesia dan Malaysia senang bertengkar dan saling menghina bangsa. Memplesetkan Indonesia menjadi Indon (bangsa budak) dan Malaysia dengan plesetan Malingsia. Sungguh karakter ini tak perlu ditiru bagi yang lain.

FB juga bisa memberi efek addictive- kecanduan- pada penggunanya. Dewasa ini ratusan ribu anak sekolah, pulang sekolah digiring oleh kecanduannya menuju cafenet dan warnet (warung internet) dan mereka rela duduk berjam-jam di depannya. Cukup kontra,dengan anak sekolah zaman dulu, pulang sekolah buru-buru pulang ke rumah dan habis itu ikut membantu orang tua. Anak-anak sekarang menghabiskan waktu berjam-jam di depan facebook/ internet.

Penggunaan face book atau internet selama 10 jam perminggu bisa membuat mereka kurang bersosialisasi dengan keluarga, teman dan tetangga. Juga kecanduan internet membuat mereka menjadi cenderung tidak punya waktu untuk membaca koran, membaca kitab suci, dan membaca buku-buku berkualitas lain, sehingga mereka tidak mengenal pemikiran orang-orang hebat di dunia.
Bulan April tahun ini (2011) media massa menjadi heboh, gara-gara Shelly yang berwajah cantik menyalah gunakan facebook dan membujuk orang untuk menyerahkan handphone nya. Kemudian ada lagi, pria baik-baik, masih lajang menikah dengan Icha, sebelumnya saling berkenalan lewat face book, ternyata bernama “Rahmat Sulistiyo” dan berjenis kelamin laki-laki. Ia telah memalsukan identitasnya.

Lebih dari itu, face book telah menggoncang dunia Arab, mulai dari Tunisia, Mesir dan berurutan terus ke Yemen, Yordania danLibia. Revolusi Tunisia dikobarkan oleh ekspresi Face Book milik Mohammed Bouzizi sipedagang buah.

Mohammed Bouzizi adalah pengangguran Tunisia walaupun ia sendiri sarjana lulusan universitas. Pemerintah otoriter dan korup tidak mampu mensejahterakan rakyatnya. Banyak sarjana yang juga menganggur. Malah sebagian pemuda memutuskan menjadi pekerja di negara tetangga. Bagi Bouzizi, agar bisa hidup maka ia memutuskan untuk menjadi pedagang buah dengan gerobak, ya ibarat pedagang asongan. Namun gerobaknya dirampas oleh aparat pemereintah dengan alasan tidak memiliki izin. Tentu saja Bouzizi, sedih, depresi dan ia menulis segala kegalauan fikirannya pada face book. Karena kecewa dengan pemerintah Bouzizi membakar dirinya di depan mesjid hari jum”at dan kemarahan masyarakat merebak hingga menurunkan Presiden Zine Al-Abidin Ben Ali dari kursi kepresidennya.

Revolusi Tunisia yang terinspirasi oleh face book ini disebut dengan revolusi jasmine, atau revolusi melati. Revolusi ini juga menginspirasi rakyat Mesir untuk bergejolak hingga Presiden Otoriter dan korup, Hosni Mubarak turun dari jabatannya. Kerususan merebak ke bagian dunia arab lain, termasuk di Libia. Namun revolusi di Libia berakibat fatal yaitu perang saudara- antara pemerintah dan pemberontak. Amerika, Perancis, Itali dan Nato atas nama PBB ikut campur tangan untuk perdamaian. Namun mereka telah mencuci tangan dengan darah rakyat sipil yang jadi korban keganasan mesin perang mereka. Untuk hal ini, sungguh banyak orang kehilangan simpati terhadap arrogan barat.

Fitur you tube, ya ibarat face book, juga ibarat pisau bermata dua. Ia bisa untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Ariel Peterpen telah dijebloskan ke dalam penjara gara-gara video mesumnya bersama Cut Tari dan Luna Maya diupload ke fitur you tube dan sontak menghebohkan orang tua di Indonesia. Namun you tube juga telah memberi berkah kepada banyak orang, seperti terhadap Justin Bieber, Bonan Paputungan, Briptu Norman, Shinta dan Jojo, dan juga terhadap seorang pemuda kocak dari Ambon yang mengupload klip lagunya dengan judul “Udin Se Dunia”. Katanya bahwa udin se dunia itu meliputi; Udin yang di kamar- Kamaruddin, Udin yang jago syaraf- Syarifuddin, Udin yang punya nazar- Nazarrudin, Udin yang kembar- Kambaruddi, dan seterusnya”.

Shinta dan Jojo juga keciprat ngetop lewat you tube dengan klipnya “keong racun”. Sekarang mereka sudah menjadi bintang iklan. Bonan terinspirasi dengan kesenjangan hukum, terkesan memanjakan/meringankan hukum penjahat besar Gayus Tambunan dengan hukuman tak berimbang. Bonan akhirnya menciptakan lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” dan mengapload lagu pada you tube. You tube juga memberi berkah buat dia. Dan minggu ini (April 20011) Briptu Norman juga jadi fenomena clipnya lewat you tube dengan meniru lagu artis Shah Rukh Khan dari Bolyywood India. Namun mengapa Justin Bieber yang masih hijau, berusia 16 tahun bisa menjadi selebriti dunia dan mengalahkan kepopuleran Bonan Paputungan, Briptu Norman, Shinta dan Jojo.

Jawabnya adalah karena mereka cuma menyanyikan lagu popo dalam bahasa Indonesia (Briptu menyanyikan lagu India yang mungkin familiar untuk telinga orang Indonesia dank arena ia berdendang pakai seragam polisi). Namun Justin Bieber menjadi ngetop karena ia menyanyi dalam bahasa Internasional (Bahasa Inggris), lihatlah lagunya yang berjudul “Baby”. Disamping itu Justin Bieber memiliki kepintaran berganda, ia bisa berperan sebagai presenter. Justin menguasai alat musik terompet, piano, gitar dan drum. Ia mempelajarinya secara otodidak sejak usia kecil. Ia juga menciptakan lagu dan menyanyikan lagu penyanyi ngetop lainnya. Ia juga mengikuti lomba lagu, walau hanya memperoleh runner up. Justine membuat video klip dan mengupload klipnya pada you tube agar teman-temannya bisa menikmatinya.

Beruntung bahwa Scooter Braum seorang eksekutif marketing rekaman music Amerika Serikat menemui klipnya lewat you tube. Klip Justin dinilai sangat fantastic dan ia diundang ke Amerika Serikat, kemudian terjadi tekan kontrak hingga sekarang Justin kini menjadi fenomena dalam buah bibir remaja se dunia.

Nah para remaja se Indonesia yang menyukai seni. Jangan hanya main gitar setengah setengah. Anda agaknya juga bisa sukses melebihi Shinta-Jojo, Briptu Norman dan Bonan paputungan, malah bisa melebihi ngetopnya Justine Bieber. Asal anda mengembangkan kepintaran berganda- jago dengan multi talenta: bisa gitar, angklung, talempong, xaxando, saluang, suling, piano, dan belajar menciptakan lagu dalam bahasa Indonesia dan juga dalam bahasa Internasional : Bahasa Inggris, Perancis, Spanyol. Lagu anda harus ceria, energic dan menghibur. Kalau sudah punya ya uploadlah di you tube, mana tahu nasib mujur datang segera menjadi selebriti dengan instant.

Minggu, 03 April 2011

Tsunami Jepang- Aceh dan SDM Manusianya

Tsunami Jepang- Aceh dan SDM Manusianya

Oleh: Marjohan

Guru SMAN 3 Batusangkar

http://penulisbatusangkar.blogspot.com

Dalam kwartal pertama tahun 2011 Dunia merasa cukup tenang. Namun di bagian utara Afrika terjadi revolusi jasmine (revolusi melati) yang dipicu oleh bangkitnya emosi ketidakpuasan masyarakat Tunisia melalui jejaring internet (twitter dan facebook) untuk menggulingkan kepala negaranya. Berita yang dahsyat kemudia terjadi tanggal 11 Maret 2011, yaitu gempa dan tsunami yang melanda Prefektur Miyagi (Jepang). Gempa Jepang yang juga memicu tsunami sangat mirip dengan gempa dan tsunami yang mengoyak ujung Pulau Sumatera (Propinsi Aceh) dan beberapa daerah lain pada tanggal 26 Desember 2004. Beda peristiwa Tsunami yang terjadi di dua negara ini adalah sekitar 6 tahun, dan karakter masyarakatnya juga berbeda dalam menghadapi bencana tersebut.

Sebenarnya kata tsunami cukup baru dalam kamus bahasa Indonesia dan bagi telinga bagi masyarakat Indonesia. Sebelum gempa/tsunami melanda Aceh di akhir tahun 2004 itu, sebenarnya sudah pernah terjadi tsunami di daerah Flores. Namun tsunaminya kecil dan mungkin masyarakat meanggapnya sebagai badai atau taufan. Maka kata tsunami belum lagi popular. Begitu Tsunami pada Desember 2004 tersebut menghancurkan banyak peradaban (harta benda) dan membunuh ratusan ribu orang, maka tsunami menjadi kata yang sangat mengerikan.

Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti “gelombang air) dan bangsa ini sudah biasa menghadapi gempa dan sudah tahu tentang efek tsunami itu sendiri. Gempa Aceh dan Jepang ditenggarai terjadi karena benturan antara lempeng benua dengan lempeng samudera. Subduksi ini kemudian memicu gempa di lepas pantai yang berkekuatan besar atau juga disebut dengan megathrust (Singgalang, 15 Maret 2011).

Jumlah korban tewas akibat tsunami di Jepang tidak sebanyak korban di Aceh. Korban tewas di Jepang yaitu sekitar 10 ribu jiwa, sementara korban tewas di Aceh adalah sekitar 128 ribu jiwa- hampir 13 kali lipat korban tsunami Jepang. Perbedaan jumlah korban mungkin juga berbanding dengan perbedaan kualitas SDM di dua negara ini. Dalam buku L’etat du monde (Didiot, Beatrice, 2001: 586-589: Paris: La Decouverte) terlihat bahwa bahwa ranking SDM bangsa Jepang adalah nomor 9 dari 162 negara di dunia, sementara ranking kita (Indonesia) adalah 102 di dunia. Prediksi kualitas mutu pendidikan (education Index) kita tahun 2011 juga tetap peringkat 102 di dunia (http://en.wikipedia.org/wiki/Quality-of-life). Kalau demikian SDM orang Jepang jauh lebih baik, dan kita bukan bermaksud memandang rendah bangsa sendiri, tetapi mengajak untuk melakukan refleksi atau renungan bersama.

Orang Jepang memang tahu bahwa daerahnya sering dilanda gempa, maka mereka membuat gedung yang tahan gempa dan juga membangun early warning system yang baik. Mereka juga memasang ocean bottom seismograph. Kalau 20 tahun lalu Jepang membutuhkan waktu 20 menit untuk mengeluarkan peringatan tsunami. Namun sejak tahun 2008, negeri ini hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk mengetahui ada atau tidaknya tsunami. Sebagaimana tsunami kemarin terlihat di layar kaca bahwa helikopter mereka sudah bertebangan sebelum tsunami dan menuju sumber tsunami. Kemudian orang-orang sudah melakukan prosedur evakuasi sesaat setelah gempa dan menyalakan televisi lalu menyimak peringatan tsunami.

Kualitas manusia antar dua bangsa juga bisa terlihat melalui gempa dan tsunami. Saat gempa kuat menggoncang Jepang, lewat televisi terlihat suasana gempa dalam ruangan kantor. Para pegawai kantor tentu saja cemas dan sangat waspada dengan kondisi tersebut. Namun mereka tetap bersikap tenang. Begitu gemba dating, mereka segera mematikan komputer, atau mematikan kompor bila sedang memasak dan tidak pontang panting berlarian. Setelah semua pekerjaan ditutup maka mereka baru menghindar ke tempat yang mereka anggap aman seperti ke ruang terbuka atau menuju shelter di lantai puncak.

Susana saat musibah di negara berkembang dan termasuk Indonesia nyaris sama. Bila gempa dating atau sinyal tsunami kedengaran, mereka pasti menyampuk dengan penuh kepanikan dan histeris “Awas gempa...awas tsunami. Atau tolong..tolong !!”. Teriakan dan suara histeris ini sangat mudah saling menular. Kondisi serba panik membuat kemampuan berfikir logis jadi hilang, saat itu orang cuma berfikir untuk menghindar dan lari. Nah di sini kerap kali timbul musibah. Seorang ibu yang panik karena teriakan histeris akan membiarkan kompornya menyala di dapur dan inilah yang membuat musibah kebakaran saat gempa. Pada hal bahaya gempa tersebut ada kalanya tidak separah suasana panik yang dialami masyarakat.

Mengubah karakter “panic-minded” atau mudah panik menjadi berfikiran tenang tentu butuh waktu- perlu latihan, didikan dan juga butuh model. Anak anak dan siswa yang diasuh oleh orang tua dan guru dengan pribadi yang tenang akan menjadi generasi yang juga bisa tenang ( terbiasa mengontrol emosi). Pemuda pemudi kita akan memiliki pribadi yang tenang/ pribadi yang stabil bila mereka memperoleh model dari senior (orang yang lebih tua) dengan kepribadian yang juga stabil (tenang dan terkontrol).

Sekali lagi bahwa kita bukan bermaksud untuk memuji-muji karakter orang Jepang dan merendahkan karakter diri sendiri. Bahwa rata-rata income orang Jepang adalah 12 kali lipat dari income orang kita. Berarti mereka adalah orang kaya raya, namun ruang keluarga mereka didesain begitu sederhana. Pada banyak rumah, seperti pengakuan keponakan penulis yang masih berada di kota Uwajima, Pulau Shikoku, Jepang- bahwa ruangan keluarga orang Jepang ditata sederhana. Tidak banyak pernak pernik perabot, yang ada cuma beberapa meja rendah dengan bentangan karpet dan lemari atau rak-rak yang penuh berisi buku, bukan rak-rak untuk pajangan boneka, keramik atau pajangan kepingan VCD player.

Ini sebagai bukti bahwa ruang keluarga adalah sebagai tempat yang nyaman dan sekaligus tempat ruang baca dan belajar sejak usia kecil. Bukan ruang keluarga dengan televisi yang menyala selama 24 jam, atau ruangan keluarga yang disulap sebagai ruang teater- memutar music sampai memekakan telinga dan memutar film tanpa aturan waktu.

Tampaknya orang Jepang tidak terkesan jago dalam berpidato atau berbicara. Jarang kita mendengar orang Jepang berkelakar. Kesannya mereka cukup bersahaja, memberi hormat dengan menundukan kepala. Mungkin ini penilaian subjektif penulis saja. Gaya berkomunikasi mereka tersa datar dan tenang saja. Saat lawan berbicara menyampaikan pendapat, mereka betul-betul mendengan dengan sepenuh hati. Tidak ada kesan bedebat dan berebutan dalam ngobrol. Agaknya seperti itulah idealnya gaya berkomunikasi orang-orang dari negara yang punya SDM tinggi.

Gaya berkomunikasi atau berbahasa yang mungkin sering kita lakukan adalah gaya berbahasa yang terlalu banyak berbicara dan enggan mendengar isi fikiran orang lain. Gaya berbicara yang begini (gaya berbahasa saling berebutan) sebagai karakter dari gaya bahasa yang jauh dari kesan intelektual dan perlu ditinggalkan.

Bangsa Jepang adalah bangsa yang kaya dengan harta yang melimpah. Kekayaan dan fasilitas hidup membuat orang selalu senang dan bergembira. Ya benar bahwa selama ini bangsa Jepang adalah bangsa yang hidup bergembira namun saat bencana datang merenggut harta dan nyawa tentu terjadi perbedaan emosi mereka. Dari suasana yang sangat gembira kepada suasana yang sangat berduka hingga mereka amat bersedih dan saking sedihnya mereka susah untuk menumpahkan air mata.

Ada lagi perbedaan antara kita dan Jepang dalam menghadapi tsunami. Setiap kali bencana datang, kita jarang menyiapkan mental dan pengetahuan. Maka, sekali lagi, saat bencana tiba, kita mudah panik dan stress malah juga tidak punya kesempatan untuk melakukan evakuasi (penyelamatan diri). Hal yang kontra bahwa Jepang betul-betul menyiapkan diri. Untuk mengantisipasi tsunami mereka telah membangun pintu-pintu penghalang agar tsunami tidak gampang mencapai kawasan perumahan warga. Pintu terluar adalah green belt, kemudian sungai sejajar pantai untuk mengontrol banjir dan tsunami. Setelah itu baru ada kawasan perumahan warga.

Saat gempa melanda Aceh, Bengkulu, Jogjakarta, dan daerah Padang Pariaman, terlihat bahwa betapa mudah ambruknya gedung sekolah, perkantoran dan rumah masyarakat. Masyarakat Kabupaten Pariaman (dan juga kampung penulis) sebelumnya mengaggap daerah mereka cukup aman dari gempa, apalagi merasa cukup jauh dari Gunung Merapi, sehingga banyak rumah dibangun tanpa beton penyangga pada rusuk dan pinggang rumah. Apa yang terjadi bahwa gempa tanggal 30 September 2009 membuat ribuan rumah jadi rata dengan bumi dan mereka menjadi homeless (tuna wisma) secara massal.

Tidak demikian dengan yang di Jepang. Goncangan dan hempasan tsunami masih membuat dinding gedung dan rumah berdiri dengan gagah. Juga ada kesan bahwa infrastruktur di sana dibangun secara professional dan penuh perhitungan. Sementara infrastruktur (prasarana umum) di daerah kita dibangun secara asal-asalan- beton yang kekurangan semen, jalan dengan aspal yang tipis. Maka cukup banyak terjadi bahwa ada bangunan, jalan raya, atau bendungan sudah ambruk sebelum diresmikan.

Gempa yang melanda Aceh memang lebih dahsyat karena dampaknya juga melanda banyak negara- mulai dari Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Tidak heran kalau simpati dunia begitu banyak. NGO (Non Government Organization), utusan pemerintah, Sukarelawan, dan wartawan ramai datang berbagi simpati dan berbagi empati. Tsunami Aceh menjadi berita besar selama berminggu-minggu pada media massa dunia.

Simpati orang juga banyak tertuju pada Jepang. Banyak orang, simpatisan dan sukarelawan bergerak untuk berbagi duka dan berniat/ berencana untuk membalut duka hati saudara kita di sana. Namun tiba-tiba ada ledakan pada pembangkit Nuklir Fukushima. Nyali orang mulai menciut, apalagi terjadi exodus meninggalkan Tokyo guna menghindaroi dampak radiasi nuklir. Sampai kini berita dari Jepang nyaris sepi- kecuali bagi mereka yang bias memahami berita dari TV NHK. Kemudian revolusi Libia makin memanas, maka juru kamera dan kuli tinta memilih kesana. Maka ramailah berita dari Libia, semua stasiun Tv meliput dan mengabarkan Libia dan berita dari Jepang kehilangan porsi.

Tsunami membuat semua bangsa bersimpati, namun musibah ledakan reactor nulklir membuat orang hanya bersimpati dari jarak jauh, malah simpati tersebut hamper hamper tidak terasa. Dari TV NHK terlihat bahwa kini orang Jepang masih berjibaku menyelamatkan lingkungan, diri, dan korban tsunami. Tragedy revolusi di Timur Tengah- Libia, Suriah, Baherain dan Yaman- membuat banyak penulis dan pembuat berita pergi kesana. Perang Libia membuat bencana Tsunami Jepang cenderung terlupakan. Memang bahwa berita sekarang bergulir dari Libia dan simpati pada Jepang janganlah dilupakan. Love for Japan.

Welcome

Selamat datang ke BOX saya
singgahlah
lihat-lihat apa saja hidangan yang ada dalamnya
mana tahu TUAN dan PUAN berkenan
ya download lah
terima kasih
Febrianto Ichigawa